Pasokan Elpiji di Kabupaten Sragen Dinaikkan

Pertamina menambah pasokan elpiji melon untuk wilayah Sragen sebesar 3,3% dari kuota dasar elpiji sebanyak 24.672 tabung per hari. Mulai bulan juli 2016, pasokan elpiji 3 kg di Bumi Sukowati mencapai 25.478 tabung per hari. Pasokan tersebut didistribusikan 10 agen kepada 710 pangkalan yang ada di 20 kecamatan.

Kebutuhan gas elpiji di wilayah Sragen diprediksi naik sehingga Pertamina menambah pasokan di kabupaten tersebut.

agen elpiji sragenPenambahan kuota gas elpiji melon tersebut disampaikan pengurus Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswanamigas) Solo, Andy Firman, dalam rapat kerja Pimpinan DPRD dan Komisi II DPRD Sragen bersama dengan para agen elpiji gas melon Sragen dan Dinas Perdagangan (Disdag) Sragen di Aula Rumah Aspirasi Sragen, Kamis (30/6/2016).

Kuota tambahan ditingkatkan menjadi 3,3%, kata dia, selama Juli. Andy tak mengetahui kebijakan untuk Agustus dan seterusnya. Dia mendapat informasi Pertamina siap memasok tambahan berapa pun untuk Sragen selama ada pengajuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen. Kebijakan itu biasanya berlaku hingga akhir tahun.

“Pasokan ke agen dari Pertamina itu tidak sama pada setiap harinya tetapi total kuotanya tetap. Kami juga memiliki sistem yang dapat diakses secara online, simolek (sistem monitoring penyaluran elpiji 3 kg) yang berfungsi mengawasi pendistribusian elpiji agar lebih tepat sasaran dan dapat membantu agen untuk merekam distribusi elpiji secara harian. Jadi kalau ada pangkalan sampai tidak ada barang silakan berkomunikasi dengan agen terkait. Agen dan pangkalan ada kontrak kerja yang jelas,” kata Andy.

Kalau dilihat dari kebutuhannya, jelas dia, alokasi kuota elpiji di Sragen terhitung paling kecil di wilayah Soloraya. Dia menyebut alokasi elpiji di Klaten sampai 30.000 tabung per hari, Boyolali 31.000 tabung per hari, dan Sukoharjo 28.000 tabung per hari. Sementara Sragen hanya 24.672 tabung per hari.

Kasi Pembinaan dan Distribusi Disdag Sragen, Joko Suranto, menyampaikan pengajuan kuota elpiji untuk Sragen pada setiap tahunnya lewat Gubernur Jawa Tengah selalu di atas kuota yang sekarang diterima Sragen. Joko tidak bisa berbuat banyak ketika kebijakan kuota tidak sesuai dengan permintaan. Joko menyampaikan fakta persoalan elpiji di Sragen.

Dia mengatakan harga eceran tertinggi (HET) di pangkalan dibatasi maksimal Rp16.000/tabung tetapi harga di pengecer tidak diatur, yakni Rp17.000-Rp18.000/tabung.
Joko menemukan distribusi elpiji ke pangkalan di beberapa daerah memang terlambat karena terkendala transportasi mengingat kondisi jalan di Sragen banyak yang rusak dan masih dalam proses perbaikan.

“Selain itu juga ada persoalan tentang sebaran dan besaran distribusi elpiji. Distribusi elpiji didominasi di kota kabupaten, kota kecamatan, dan lingkungan pasar. Artinya, distribusi belum merata. Dari sisi besaran distribusi, ada pangkalan yang mendapatkan pasokan banyak dan ada yang mendapat pasokan sedikit. Hal itu sesuai dengan modal yang dimiliki pangkalan,” tutur dia.

Sesuai dengan aturan yang ada, jelas Joko, pengguna elpiji melon hanya rumah tangga dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tetapi faktanya elpiji melon itu, kata dia, juga digunakan hotel, restoran, komersial dan industri.

Yang sulit dilarang, sambung Joko, para petani yang memanfaatkan gas melon untuk bahan bakar pompa air.
Bambang Widjo Purwanto tidak ingin ada kelangkaan elpiji saat Lebaran tahun ini. Dia meminta agen supaya menjamin pasokan elpiji ke pangkalan sehingga tidak berdampak kepada konsumen. Di sisi lain, Bambang juga meminta Disdag terus mengawasi distribusi elpiji 3 kg yang menjadi barang bersubsidi.

Sumber diambil dari Berita Online Soloraya

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *